Penduduk Nusantara mulai memeluk Ajaran Buddha diperkirakan sejak awal abad masehi.
Peninggalan tertua agama Buddha di Nusantara di temukan di Kerawang Jawa Barat, di situs percandian Batujaya , yang diperkirakan dibangun paling awal sekitar abad ke 2 masehi dan di Sikedung, pantai barat Sulawesi dalam bentuk arca Buddha dengan corak Amarawati yang diperkirakan di buat sekitar abad ke 3 sampai ke 5 masehi.
Agama Buddha mengalami masa keemasan di Nusantara pada rentang abad ke 8 masehi sampai abad ke 11 masehi , pada masa pembangunan Candi Borobudur , Candi Buddha terbesar didunia. dan pada masa Kerajaan Sriwijaya.
Dalam rentang abad ke 12 sampai ke 15, agama Buddha di Nusantara telah menemukan bentuk agama Buddha dengan corak khas Nusantara, bentuk agama Buddha yang tidak ditemukan di tempat lain.
Agama Buddha yang bersatu dengan adat dan budaya Nusantara juga dengan sistem keyakinan yang ada di Nusantara pada masa itu.
Agama Buddha yang menyatu secara harmonis dengan berbagai sistem keyakinan dan agama di Nusantara telah memunculkan semboyan " Bhineka Tunggal Ika " berbeda beda tetapi satu
semboyan yang ditulis oleh Mpu Tantular , seorang pujangga penganut ajaran Buddha pada masa Majapahit.
Semboyan yang melukiskan kehidupan beragama di Nusantara pada masa itu walaupun terdapat beraneka ragam keyakinan dan agama tetapi semuanya berjalan dengan harmonis.
Setelah abad ke 15 , bersamaan dengan runtuhnya kerajaan kerajaan bercorak Hindu - Buddha di Nusantara, Agama Buddha turut mengalami masa surut
Agama Buddha tenggelam dari Bumi Nusantara selama 500 tahun, bersama dengan bangunan bangunan suci dan naskah naskah sucinya.
Meskipun selama 500 tahun penduduk Nusantara secara formal tidak lagi memeluk agama Buddha, bukan berarti agama Buddha telah hilang tanpa sisa di Nusantara.
Ajaran dan agama Buddha masih tersimpan dibenak sebagian penduduk Nusantara yang di wariskan secara turun temurun dari leluhur penganut ajaran Buddha di Nusantara meski tidak secara formal sebagai suatu bentuk agama.
Pada abad ke 20, warisan turun temurun dari agama Buddha yang tenggelam 500 tahun lalu, mulai muncul kembali di bumi Nusantara.
Semboyan " Bhineka Tunggal Ika " mulai muncul kembali dan menjadi pemersatu Bumi Nusantara.
Munculnya kembali kata " Pancasila " kalimat yang tidak asing bagi seorang penganut ajaran Buddha, kata yang sama digunakan sebagai ideologi dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dan juga digunakannya Garuda sebagai lambang Negara, burung mitologi dalam naskah -naskah Hindu Buddha.
Peninggalan tertua agama Buddha di Nusantara di temukan di Kerawang Jawa Barat, di situs percandian Batujaya , yang diperkirakan dibangun paling awal sekitar abad ke 2 masehi dan di Sikedung, pantai barat Sulawesi dalam bentuk arca Buddha dengan corak Amarawati yang diperkirakan di buat sekitar abad ke 3 sampai ke 5 masehi.
Agama Buddha mengalami masa keemasan di Nusantara pada rentang abad ke 8 masehi sampai abad ke 11 masehi , pada masa pembangunan Candi Borobudur , Candi Buddha terbesar didunia. dan pada masa Kerajaan Sriwijaya.
Dalam rentang abad ke 12 sampai ke 15, agama Buddha di Nusantara telah menemukan bentuk agama Buddha dengan corak khas Nusantara, bentuk agama Buddha yang tidak ditemukan di tempat lain.
Agama Buddha yang bersatu dengan adat dan budaya Nusantara juga dengan sistem keyakinan yang ada di Nusantara pada masa itu.
Agama Buddha yang menyatu secara harmonis dengan berbagai sistem keyakinan dan agama di Nusantara telah memunculkan semboyan " Bhineka Tunggal Ika " berbeda beda tetapi satu
semboyan yang ditulis oleh Mpu Tantular , seorang pujangga penganut ajaran Buddha pada masa Majapahit.
Semboyan yang melukiskan kehidupan beragama di Nusantara pada masa itu walaupun terdapat beraneka ragam keyakinan dan agama tetapi semuanya berjalan dengan harmonis.
Setelah abad ke 15 , bersamaan dengan runtuhnya kerajaan kerajaan bercorak Hindu - Buddha di Nusantara, Agama Buddha turut mengalami masa surut
Agama Buddha tenggelam dari Bumi Nusantara selama 500 tahun, bersama dengan bangunan bangunan suci dan naskah naskah sucinya.
Meskipun selama 500 tahun penduduk Nusantara secara formal tidak lagi memeluk agama Buddha, bukan berarti agama Buddha telah hilang tanpa sisa di Nusantara.
Ajaran dan agama Buddha masih tersimpan dibenak sebagian penduduk Nusantara yang di wariskan secara turun temurun dari leluhur penganut ajaran Buddha di Nusantara meski tidak secara formal sebagai suatu bentuk agama.
Pada abad ke 20, warisan turun temurun dari agama Buddha yang tenggelam 500 tahun lalu, mulai muncul kembali di bumi Nusantara.
Semboyan " Bhineka Tunggal Ika " mulai muncul kembali dan menjadi pemersatu Bumi Nusantara.
Munculnya kembali kata " Pancasila " kalimat yang tidak asing bagi seorang penganut ajaran Buddha, kata yang sama digunakan sebagai ideologi dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dan juga digunakannya Garuda sebagai lambang Negara, burung mitologi dalam naskah -naskah Hindu Buddha.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar